Warga Distrik Yapsi Keluhkan Jalan yang Rusak, Transportasi Umum yang Sulit dan BBM Langka

Redaksi | Senin, 12 Juni 2023 - 05:02 WIB
Warga Distrik Yapsi Keluhkan Jalan yang Rusak, Transportasi Umum yang Sulit dan BBM Langka
Bacaleg DPR Papua dari partai PKS, H. Wagus Hidayat bersama tim saat bersilaturahmi dengan warga SP 5 Distrik Yapsi Kabupaten Jayapura, Jumat (09/06/2023)/Istimewa
-

Jayapura, semuwaberita.com - Warga di kawasan transmigrasi SP 1 hingga 5 di Distrik Yapsi, Kabupaten Jayapura, Papua saat ini kesulitan untuk memasarkan hasil pertanian mereka, akibat terkendala infrastruktur jalan yang rusak yang berimbas pada sulitnya transportasi umum (angkutan umum,red) yang masuk ke kampung mereka, serta pasokan BBM yang menjadi langka.

Akibat kesulitan memasarkan hasil pertanian mereka ke pasar pasar tradisional yang ada di Kota Sentani, membuat banyak warga kini beralih profesi menjadi tukang kayu, untuk menghidupi keluarga mereka.

Keluhan warga ini disampaikan langsung dihadapan Bakal Calon Anggota DPR Papua, H. Wagus Hidayat, dalam acara silaturahmi pada Jumat (09/06/2023) lalu.

Perwakilan Tokoh Masyarakat Kampung Tapak Bangun SP5, Suyanto mengaku, jalan yang menghubungkan kampung mereka menuju SP 1 dan 2, rusak parah.

"Jalanannya berlubang, rusak parah karena itu pula bus angkutan umum tidak bisa masuk," keluhnya.

Belum lagi BBM langka, karena pasokan yang terbatas. Toh, kalaupun ada harus dibeli dengan harga yang sedikit mahal berkisar Rp 15.000 hingga Rp 16.000 perliter untuk jenis pertalite dari harga normal Rp11.000 perliter

"Kita seringkali tidak kebagian, karena pangkalan minyaknya ada di SP2. Kalau kita kesana, seringkali sudah habis. Kesana pun, harus naik ojek bayar Rp70 ribu," keluhnya lagi.

Suyanto berharap, ada perhatian dari pemerintah daerah melalui instansi terkait. "Kami mohon ada solusi dari pemerintah daerah, terutama soal angkutan umum ini. Karena bagaimana kami mau pasarkan hasil pertanian kami ke kota, kalau transportasi sulit. Toh kalaupun ada harus carter kendaraan, dan itu biayanya sangat mahal, turun ke kota harus siapkan uang minimal setengah juta (500 ribu rupiah)," pintanya.

Pun dengan sulitnya BBM, Suyanto berharap ada solusi." Setidaknya bangun SPBU disinikah atau pertalite minilah, biar warga SP5 ini tidak perlu ke SP2 lagi untuk antri BBM, karena jaraknya dari sini cukup jauh sekitar 30an kilo," harapnya.

Bacaleg DPR Papua, H. Wagus Hidayat saat dikonfirmasi membenarkan adanya keluhan warga tersebut.

"Memang waktu kami berkunjung kesana, para petani di SP1 hingga SP5 semuanya mengeluhkan hal yang sama. Selain masalah jalan rusak, tranportasi sulit dan juga BBM, warga juga keluhkan masalah jaringan komunikasi yang susah," ungkap pria yang akrab disapa Dayat ini.

Persoalan jalan yang rusak dan transportasi sulit ini, menurut Dayat, harus segera ditanggapi oleh pemerintah daerah. Karena juga berdampak pada pendidikan anak anak di daerah tersebut.

"Karena anak anak di SP5 ini mereka bersekolah di SP1 dan SP2 yang jarak tempuhnya cukup jauh. Sehingga memang butuh kendaraan. Dulu ada Damri yang disediakan, tapi sekarang sudah tidak ada," tukas mantan Anggota DPRD Kabupaten Jayapura ini.

Selain itu, bus Damri juga dibutuhkan untuk menyalurkan hasil bumi (pertanian,red) ke pasar-pasar tradisional yang ada di kota.
Karena kendala kendala itu, sekarang banyak masyarakat tidak lagi bertani, tapi alih profesi jadi tukang kayu. Mereka menebang kayu di hutan dan dijual.

"Tentunya ini sangat berbahaya, karena akan merusak lingkungan dan ekosistem yang ada, serta dapat memicu terjadinya bencana alam seperti banjir," kata owner Semuwa Grup ini.

Ia berharap ada perhatian pemerintah dan instansi terkait untuk mengatasi masalah yang dihadapi warga di Distrik Yapsi tersebut.

"Kami berharap pemerintah bisa memperhatikan dan menindaklanjuti keluhan warga di Distrik Yapsi dengan memperbaiki infrastruktur jalan dan juga sarana transportasi serta jaringan komunikasi di daerah itu," harapnya.(Irn)